Wednesday, April 15, 2009

SAKIINAH DAN MUSLIMAH

Siapapun tau bahwa kata "sakiinah" dan "muslimah" adalah dua perkataan berasal dari bahasa Arab. Kedua nama ini menjadi judul sinetron yang ditayangkan oleh televisi swasta di republik Indonesia pada sekarang ini. Tak satupun dari kedua sinetron itu pernah saya tonton. Sekilas dari judulnya seakan-akan kedua sinetron itu berkisah tentang kehidupan keluarga Islami. Terlebih dari busana yang dikenakan oleh para pemain sinetron "Muslimah". Jilbab bertaburan di sinetron ini, bahkan bahasa Arab dialek Saudi sering mendominasi dialog para pemainnya.

Sekali-kali saya sempatkan untuk "melihat" apa yang disampaikan oleh kedua sinetron ini, tapi saya tidak pernah berhasil untuk melihat lebih dari dua menit, karena rasa mual saya sudah terlanjur muncul demi melihat dan mendengar dialognya.

Nama yang berbau Arab, bahkan bahasa yang biasa digunakan oleh orang-orang di Saudi yang digunakan dalam kedua sinetron ini membuat saya semakin yakin dengan kesimpulan saya selama ini bahwa, "sesuatu yang islami itu tidak mutlak harus menggunakan atribut-atribut serba berbau Arab". Jilbab bukanlah budaya Arab, tetapi merupakan ajaran Islam. Namun, apa yang ditampilkan dalam "Muslimah", para pemain yang mengenakan jilbab berperilaku sangat tidak islami.

Saya jadi teringat hasil seminar sastra Islam yang pernah diadakan di kampus Universitas Islam Madinah, puluhan tahun yang lalu. Dari seminar itu disimpulkan bahwa apa yang disebut sastra Islam tidak harus berisi kata-kata yang akrab dengan ajaran Islam, seperti kata Allah, Rasulullah, al-Quran, dsb. Sebuah karya sastra yang sama sekali tidak mencantumkan nama-nama seperti itu boleh jadi merupakan karya sastra islami jika isinya memang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam.

Sinetron "Sakiinah" dan "Muslimah" lebih cenderung sebagai upaya untuk mengaburkan bahkan menyelewengkan ajaran Islam, kalau pun bukan untuk mencemoohkan agama pamungkas ini.

No comments: