Saturday, October 3, 2009

DARI HOTEL SENTRAL HINGGA PUNCAK


Telah lama masyarakat mengetahui bahwa di hotel Sentral yang terletak di Jalan Pramuka, Jakarta Timur ini sering terjadi transaksi seks. Hotel yang tepat di bawahnya terdapat sebuah masjid itu, menjadi salah satu tempat persinggahan turis Timur Tengah, khususnya dari Saudi Arabia. Konon, hotel ini milik "urang awak" yang negerinya sedang mengalami musibah itu. Semoga hati nuraninya terketuk dengan adanya gempa yang memporakporandakan daerah asal Buya Hamka tersebut.


Tulisan di bawah saya kutip dari sebuah milist yang menyebutkan keterkaitan Hotel Sentral dengan transaksi esek-esek tersebut.


Sahabat milis, Bung Abu Qosim

Betul sekali apa yang anda tulis, Radar Bogor pernah menulis mengenai Tamasya Sex para touris Saudi-Yaman dll di daerah Warung Kaleng dan sekitarnya di daerah Tugu.

Malahan sudah beberapa kali sejak beberapa tahun sebelumnya pernah juga dimuat di Radar Bogor oleh wartawan Radar sdr.Wawan.

Saya juga pernah dengan Sdr.Wawan menelusuri daerah itu (Warung Kaleng) untuk melihat secara "on the spot" apa yang ditulis sdr.Wawan. Kita akan memasuki suatu daerah dimana Money Changer ditulis juga dalam bahasa Arab untuk mempermudah transaksi keuangan yang diperlukan para torist tsb.

Supply tourist bisa datang langsung dari negara asal di Arab melalui Cengkareng atau transit dulu di hotel Central di Jakarta dan beberapa hotel di Cikini maupun Jl.Pramuka

Ketika saya kedaerah itu ( Warung Kaleng) saya menemui banyak sohib kita yang menjadi tourist guide yang kebetulan tinggal di daerah Empang, guide "komplit" lah...

Mengatur semua akomodasi sampai intertainmentnya, saya bertemu dengan supplier Wiskey......dan para tamu dari Arab tsb nyatanya sangat gemar Johnny Walker Black Label. Untung besar sekali kawan supplier yang satu ini,....anak Medan yang merantau ke Bogor, sering mentraktir saya makan nasi Kabuli di restoran a la Timur Tengah di Cipayung. Supplier "calon istri" -pun berkeliaran dengan bebas, semua orang tahu dan tidak ada yang mengusiknya.


Saya geleng geleng kepala melihat aktivitas sohib sohib kita para guide"... karena tidak jarang kita bertemu ketika perayaan Mauludan didaerah Empang,atau malahan ketika ada penyerangan tempat tempat maksiat didaerah Gadog (gang semen) beberapa tahun lalu. Orang orang yang sama adalah otak dibelakang itu semua, dan orang orang yang sama saya temui di organisasi "anti maksiat" yang kita kenal.........berbaur diantara masa.

Rupanya aksi pembakaran -perusakan tempat maksiat lebih condong untuk menghancurkan "saingan bisnis" ketimbang anti porno aksi atau pornografi (istilahnya

sekarang). Jika pertanyaan Bung Qosim, mengapa golongan atau ormas tertentu merusak disuatu tempat maksiat, tetapi tidak merusak ditempat lainnya, pasti ada "uang jago"atau uang "tahu sama tahu" sudah dilunasi. Persaingan sudah diatur agar sesama "pengusaha " tidak saling "mendahului".

Saya rasa kita semua faham mengenai hal itu, kecuali kita masih mau "munafik dan membela beberapa ormas karena tindakannya yang "se-akan akan" anti maksiat.

Semua urusan "fulus"............... Semua pengusaha hotel, losmen, guess house dari Gadog sampai Puncak faham kepada siapa atau kaki tangan siapa mereka harus bayar uang jago atau "izin usaha" prostitusi terselubung.

Jika anda pasang spanduk reklame ditiang listrik di daerah Gadok sampai Puncak, bukan saja pajak resmi yang anda bayar, juga "pajak jagoan",...jika anda tidak bayar pajak jago tsb dalam waktu 5 menit spanduk anda diturunkan dan hilang,...., kecuali anda bernasib baik.

Tidak percuma Anton Medan memiliki pesantren didaerah itu,.......Johny Indo juga sekarang bergelar "Da'i Kondang", juga ada disekitar daerah itu dan di Cicurug. Semua demi "fulus"....bukan karena anti porno aksi atau pornografi. Si'ar dakwah agama tidak jarang digunakan sebagai tameng untuk keuntungan finansial, atau malahan melegalisir "women traficking" malahan children traficking. Memang kita tidak bisa mengawasi semua dengan ketat dan seksama.

Cobalah jalan jalan kedaerah Tugu, sebelum KFC, desa Warung Kaleng.

http://www.mail-archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg23051.html

No comments: