Menurut sebuah surat kabar nasional, di negeri kita tercinta ini ada sejumlah pasar modern yang menjual keripik pisang buatan luar negeri: made in China dan made in Malaysia. Saya tidak tahu, apakah pasar modern itu juga menjual keripik pisang dari Lampung yang sangat terkenal itu apa tidak?
Melihat fenomena seperti itu pemerintah "baru" akan memberlakukan peraturan agar pasar modern menyerap lebih banyak lagi produk industri kecil dan menengah. "Jika sebelumnya mereka hanya wajib menyerap 10 persen, sekarang kuota itu akan kami naikkan hingga menjadi 25 persen," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Depperin Fauzi Aziz.
Salah satu alasan mengapa produk luar negeri itu dihadirkan di pasar modern, "...kita juga perlu memperhatikan keinginan konsumen. Usaha ini harus berjalan sesuai dengan keinginan konsumen", seperti yang disampaikan oleh seorang direktur perusahaan pasar modern.
Beberapa negara di dunia ini tampaknya negara kitalah yang termasuk negara yang pemerintahnya kurang memperdulikan bangsanya. Kapan para petani dan nelayan di negeri ini akan hidup layak seperti kebanyakan warga lainnya jika hasil jerih payah mereka tidak mendapat perlindungan dan penghargaan dari para penguasanya?
Tuesday, April 14, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
kata Faisal Basri, cabe dari Sumatera lebih mahal ketimbang cabe dari Cina. Sebabnya, masalah paska panen & infrastruktur jalan. Di Cina, jalan tol u pengapalan 8 jalur. Sebaliknya, jalan lintas sumatera penuh lobang, retribusi, pungli, dan garong :)
Itulah dilema yang saya hadapi juga. Wortel impor -- apakah betul-betul diimpor, atau sudah ditanam di kita -- lebih kami pilih untuk dibuat jus ketimbang wortel lokal yang kecil-kecil dan sedikit airnya itu. Dari satu sisi, kami ingin membantu para petani lokal, tetapi dari sisi lain, keperluan untuk kualitas yang lebih baik juga sulit untuk dihindarkan.
Post a Comment