Ketika berlangsung seminar internasional bahasa Arab di kampus Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) baru-baru ini, di antara makalah yang disampaikan oleh peserta adalah tentang penggunaannya kata Allah oleh masyarakat non-muslim di Malaysia. Dr. Akmal Khuzairi, dosen Universiti Islam Antarbangsa Malaysia, penyaji makalah tersebut memaparkan asal-usul kata Allah, apakah kata tersebut merupakan nama diri asli atau derivatif (bentukan)? Artinya, jika kata Allah itu nama diri asli, berarti ia merupakan nama khas untuk Tuhan yang selama ini diyakini hanya disembah oleh umat Islam. Namun jika kata tersebut merupakan nama diri derivatif, yaitu berasal dari kata al-ilah yang berarti tuhan, maka nama tersebut berlaku untuk semua tuhan yang disembah oleh siapa pun.
Di Indonesia, kata Allah digunakan oleh selain umat Islam dengan sedikit perbedaan dalam pelafalan. Umat Kristiani menyebutnya dengan /alah/, tanpa menebalkan bunyi huruf /el/ dan tetap membunyikan huruf /a/ sebagai bunyi /a/. Mungkin karena adanya perbedaan pelafalan inilah, umat Islam Indonesia tidak pernah mempermasalahkan penggunaan kata Allah oleh masyarakat bukan-Muslim.
Islam di Malaysia merupakan agama resmi kerajaan. Islam identik dengan Melayu, sehingga bila ada orang China memeluk agama Islam, ia akan dikatakan bahwa dirinya telah menjadi orang Melayu.
Pada umumnya nama diri masyarakat Melayu masih sangat kental dengan nuansa Arab, berbeda dengan nama diri masyarakat Muslim di Indonesia. Nama diri masyarakat Melayu ini bukan hanya bernuansa Arab, tetapi juga dalam penyantuman orang tua mereka. Hampir di setiap nama diri disebutkan kata bin atau binti. Misalnya, Umar bin Abdurrahman dan Faizah binti Ali. Kedua kata ini, bin dan binti berasal dari bahasa Arab yang berarti anak perempuan dan anak lelaki. Di negara asalnya, kedua kata ini digunakan baik oleh masyarakat Muslim maupun masyarakat bukan-Muslim. Namun di negara jiran kita ini, kedua kata ini tampaknya telah menjadi monopoli masyarakat Melayu yang nota bene adalah masyarakat Muslim. Hal ini baru saya sadari ketika menghadiri wisuda di Universitas Malaya. Ketika para lulusan (graduan) dipanggil satu per satu ke atas panggung, berulang kali saya mendengar perkataan anak perempuan dan anak lelaki. Misalnya, Priya anak perempuan Mogan dan Saravanan anak lelaki Paramesvaran. Setelah berulangkali saya perhatikan, kesimpulan sementara saya adalah bahwa setiap nama yang menggunakan perkataan anak perempuan dan anak lelaki itu tak satu pun yang berasal dari bahasa Arab. Nama-nama tersebut adalah nama-nama masyarakat India. Dan betul, setelah saya cek dalam buku wisuda, saya temukan nama-nama tersebut: Priya a/p Mogan dan Saravanan a/l Paramesvaran. Sebetulnya saya sudah lama menemukan singkatan a/p atau a/l ini dalam buku atau tulisan, tetapi tidak pernah menduga bahwa singkatan tersebut adalah anak perempuan dan anak lelaki.
Nah, apakah perkataan bin dan binti ini kedudukannya sama dengan perkataan Allah? Setakat ini saya belum menemukan pembahasannya.