Sunday, July 22, 2007

Siti Nurhaliza vs (Siti) Nur Mustika





Sedih aku mendengar respon remaja Pahang terhadap kehadiranmu, Nur Mustika. Yang jelas memang bukan karena namamu tidak menggunakan Siti, seperti penyanyi kondang yang sekarang sudah bergelar datuk itu, Datuk Siti Nurhaliza. Tapi, mungkin juga namamu akan lebih bertuah bila dibubuhi Siti: Siti Nur Mustika.


Konon remaja di negeri kelahiran isteri Datuk K itu, lebih suka membeli kosmetika daripada membeli buku. Dugaanku sih sangat sederhana: mereka ingin tampil secantik pelantun lagu "Bukan Cinta Biasa" itu. Tapi mestinya mereka sadar juga, bahwa kecantikan yang dimiliki penyanyi jelita ini memang anugerah Tuhan. Tanpa bersolek pun ia cantik luar biasa.


Coba perhatikan, betapa halus wajahnya. Tak seekor lalat pun yang mampu singgah di pipinya. Sekali mendarat, langsung terpeleset karena saking halusnya kulit wajah sang Datuk ini. Terus terang aku sendiri sangat mengaguminya, bukan karena kecantikan dan suara khasnya itu, tetapi karena ia tidak merasa malu menyandang nama Siti. Di negaraku, nama Siti hanya digunakan oleh orang-orang yang dianggap kampungan. Yang jelas "gak level" digunakan selebriti.


Kembali ke remaja yang senegeri dengan Datuk Siti Nurhaliza ini, rasanya mereka belum kenal siapa itu (Siti) Nur Mustika sehingga mereka kurang bergairah menerima kehadiranmu. Bukankah sering dikatakan, tak kenal maka tak cinta. Nah, kalau orang sudah jatuh cinta, segalanya akan dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang dicintainya itu. Ah, lagi-lagi aku berbicara tentang falsafah cinta.


Sesuatu yang tidak bernilai akan sangat laku di pasaran, semata-mata karena pengenalannya yang agresif melalui berbagai macam iklan dan publikasi. Missi yang hendak engkau sampaikan, Nur Mustika, sangatlah berguna dan para remaja memang sepatutnya mengetahuinya. Namun, sebagaimana aku katakan tadi, bagaimana mereka mau menerima jika mereka belum mengenalnya. Apa yang selalu engkau dengungkan bahwa dakwah melaui sastera mesti dilakukan secara agresif, tampaknya belum sepenuhnya engkau terapkan. Masih sebatas wacana.


Aku tidak tahu persis bagaimana "penganjur" berusaha memperkenalkanmu kepada para remaja di Pahang itu. Aku yakin, "cikgu" kita pun sudah sangat berpengalaman tentang apa yang disebut marketing. Tapi, aku juga sependapat dengan beliau bahwa apa pun penerimaan yang engkau peroleh, bak yang diperoleh Rasulullah s.a.w. dari warga Taif - demikian engkau membuat perumpamaan, tetap engkau jangan jadikan mereka musuh. Engkau ingat kan, doa yang dibaca baginda Rasulullah s.a.w. sepulang dari Taif "ALLAHUMMA-HDI QAWMI FA INNAHUM QAWMUN LA YA`LAMUN" 'Ya Allah, berilah kaumku petunjuk karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak berpengetahuan". Perlakuan warga Pahang tentunya tidak seburuk yang dilakukan warga Taif, bukan?

Kantin Kolej Kediaman ke-12,
Universiti Malaya
Ketika hujan masih setia turun rintik-rintik
malam pun semakin dingin

No comments: