Friday, June 29, 2007

`Ammar, Congratulation!

"`Ammar lulus ujian bahasa Inggris", begitu pesan singkat yang dikirim anakku,`Ammar yang sedang berada di Jakarta, pada suatu petang, Jum`at, 29 Juni 2007, bertepatan dengan hari kelahiranku yang ke 49.

"Berita ini merupakan hadiah ulang tahun papa yang paling berharga", balasku. Kendati, dalam hati aku masih harap-harap cemas, betulkan berita itu. "Pertanyaanku, "darimana Ammar tahu berita itu?", tak mendapat jawaban. Ketika aku telepon, anak sulungku itu mengatakan bahwa kawannya orang Bruneilah yang memberitahunya. `Ammar tidak memberiku nomor telepon kawannya itu. Dia katakan, biar dia sendiri besok yang mengeceknya.

Sebagai seorang ayah, sulit rasanya untuk menunggu akurasi berita tersebut sampai anakku datang esok hari, Sabtu 30 Juni 2007. Tentu ia lelah setelah melakukan perjalanan dari Jakarta-Kuala Lumpur.

Maka pagi ini, Sabtu 30 Juni 2007, aku pun mencari tahu. Dari gedung peperiksaan, aku menuju Perdana Siswa. Di papan pengumuman, aku tak menemukan lembar pengumuman tentang hasil ujian Bahasa Inggris. Lantas aku naik ke tingkat 1. Kantor Urusan Mahasiswa Internasional tampak terang yang berarti ada orang di dalamnya. Betul. Banyak orang di ruangan itu, kendati hari ini Sabtu, kantor-kantor lain pada libur.

Seseorang membukakan pintu. Hasil ujian tidak boleh aku lihat, meskipun aku telah memperkenalkan diri sebagai ayahnya `Ammar. Tetapi dari obrolanku dengan staf yang melayaniku yang ternyata bernama Firdaus, mahasiswa tahun terakhir, aku tahu bahwa `Ammar memang lulus bahasa Inggris dan tahun ini bisa langsung ikut kuliah. Besok pagi, `Ammar harus datang mengambil offer letter, langsung daftar di kolej 11 untuk mengikuti acara pekan perkenalan. Pemeriksaan kesehatan harus segera dilakukan dan dapat dilakukan di rumah sakit Universiti Malaya. Aaaaah, betapa leganya hati ini. Maka aku pun langsung menelepon `Ammar yang sedang berada di bandara Soekarno-Hatta.

Congratulation, my beloved son.
Tahniah,
Alf alf alf Mabruuuuuuk

Thursday, June 28, 2007

USTAZ ZUL, TERUSKAN JIHADMU

Hari ini, Jum`at 29 Juni 2007, bertepatan dengan hari jadiku yang ke-49. Selama ini memang bukan tradisiku untuk memperingati hari jadi, tetapi setidaknya kali ini harus merenung lebih dalam tentang kontrak hidup ini. Tahun depan, usiaku akan genap 50 tahun. Orang sering mengatakannya sebagai tahun emas. Yang jelas, jatah hidupku di dunia ini kini semakin berkurang.

Sendiri. Ya, aku memperingatinya sendiri karena aku sedang berada di kampung orang, tepatnya di negeri seberang, Malaysia. Ammar, anak sulungku sedang pulang kampung untuk beberapa hari, seusai mengikuti program bahasa Inggris. Esok pun dia kembali bersamaku.

Salat Jum`at minggu lalu aku lakukan bersama Ammar di Masjid Al-Bukhari, daerah Hang Tuah. Masjid itu baru diresmikan awal tahun ini dan indah luar biasa. Sayangnya keindahan masjid tersebut kurang sepadan dengan pemilihan khatibnya. Selain kefasihan bahasa Arabnya yang perlu ditingkatkan, khutbah yang disampaikannya pun hambar, tidak ada isinya.

Kekecewaan Jum`at minggu lalu terobati hari ini. Aku salat di "masjid kuning", demikian Ammar menyebutnya, karena cat kubah dan seluruh bangunan memang bercat kuning. Seperti biasa, sebelum khatib naik mimbar, ada seorang ustaz yang menyampaikan ceramah. Hari ini ada yang lain. Sang ustaz muda, dengan hanya mengenakan kemeja lengan pendek, janggutnya pun tidak terlalu panjang, menyampaikan ceramah yang agak "panas". Tema utamanya adalah syirik. Dia mengingatkan bahwa selama ini umat Islam di Malaysia begitu peduli terhadap masalah fiqh, sampai-sampai jama`ah subuh di suatu masjid ramai-ramai meneriakkan "subhanallah" ketika sang imam tidak membaca do`a qunut. Sang imam balik mengucapkan tasbih tersebut. Menurut sang ustaz muda, yang ternyatanya bernama Zul itu, jama`ah tidak sadar bahwa bacaan qunut itu hukumnya sunat dan sang imam pun menyadari bahwa kalau pun ia tinggalkan, tidak akan merusak salatnya.

Kepedulian masyarakat Islam terhadap masalah fiqh ini, menurut Ustaz Zul, tidak sebanding dengan kepedulian mereka terhadap aqidah. Banyak yang tidak sadar bahwa mereka tengah berada dalam kubangan dosa syirik. Mempertuhankan para pemimpin agama, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, adalah termasuk syirik.

Dalam konteks kekinian, warga tidak sadar bahwa mereka tengah mempertuhankan para pemimpin mereka yang menghalalkan yang diharamkan Allah dan mengharamkan yang dihalalkan Dia. Sebagai ilustrasi, Ustaz Zul memberikan contoh dengan perdagangan arak (minuman keras) di berbagai toko dengan bebas. Bila seorang Muslim mempertanyakannya, mengapa minuman yang diharamkan agama ini dijual, maka penjaga toko tersebut yang boleh jadi seorang Muslimah yang berkerudung, dengan serta merta akan mengeluarkan surat izin yang dikeluarkan pemerintah yang "menghalalkan" penjualan minuman haram tersebut.

Menyinggung kasus pembunuhan keji terhadap Altantuya yang menurut Ustaz Zul telah memeluk Islam dengan nama Aminah Abdullah. Semua yang menangani kasus tersebut yang telah mengalami penggantian hakim dan jaksa beberapa kali, semuanya orang Melayu yang beragama Islam. Bahkan, dua orang tertuduh, keduanya baru melaksanakan ibadah umrah. Para pegawai kerajaan tersebut tidak sadar bahwa pekerjaan mereka itu mendukung dijalankannya hukum selain Allah yang dalam bahasa Al-Qur`an disebut Thaghut. Hukuman yang harus diberikan kepada para tertuduh, bila terbukti mereka bersalah, adalah qisas, jika merujuk syariat Islam.

Hukuman orang yang minum arak, jika dilakukan dimuka umum, adalah denda RM 3000. Demikian juga orang berjudi dan berzina. Menurut Ustaz Zul, peraturan-peraturan seperti ini jelas mengubah peraturan yang disyari`atkan oleh Islam.

Salah satu contoh mengharamkan apa yang dihalalkan, adalah adalah kegiatan dakwah. Menjelaskan ajaran Islam yang sebenar, menyampaikan pesan Rasul, walau pun hanya satu ayat. Nah, pekerjaan seperti ini bukan sekadar halal, tetapi bahkan diperintahkan oleh Allah terhadap setiap diri orang Islam. Namun, sayangnya Ustaz Zul pada suatu ketika di kawasan Shah Alam, ketika sedang menyampaikan ceramah, tiba-tiba dari arah mihrab ada orang yang memerintahkan padanya agar meletakkan mikrofon dan berhenti berceramah, tanpa ba bi bu. Setelah ditanya, ternyata orang tersebut berasal dari sebuah lembaga pemerintah yang merasa punya wewenang mengatur kegiatan penceramah. (Bagi Anda yang berada di Indonesia, ingat masa Orde Baru ketika Benny Moerdany menjadi Pangab. Khutbah pun harus punya izin, sebagaimana yang dialami sendiri oleh penulis artikel ini).

Selesai salat sunat, aku menghampiri ustaz muda ini. Aku salami sambil memperkenalkan diri. Ketika aku sebutkan bahwa aku berasal dari Jakarta, sang ustaz mengatakan bahwa dia sering pergi ke kota itu dalam rombongan Pak Anwar Ibrahim. Oh, pantas saja ceramahnya begitu hebat, ternyata sang ustaz ini memang bukan tipe kebanyakan ustaz yang "diredoi" kerajaan.

Ustaz Zul, teruskan jihadmu.
Semoga Allah senantiasa melindungimu.

Wednesday, June 27, 2007

Sewa Flat Hanya Rp. 26.500,-/ hari


Ya, selama aku tinggal di kampus Universitas Malaya, Pantai Baru, Malaysia aku hanya bayar Rp. 26.500,-/ hari alias RM 10 (sepuluh ringgit Malaysia). Flat tempat aku tinggal sebetulnya diperuntukkan bagi pembimbing mahasiswa, letaknya di Blok C, tingkat 3, sayap A. Blok C ini khusus untuk para mahasiswi.

Satu flat terdiri dari 3 kamar yang lumayan besar. ukuran 5 x 6 meter.


Kamarku yang paling kiri, yang di tengah orang Cina yang sedang melakukan penelitian, dan yang paling kanan mahasiswa S2 dari Perancis.



Fasilitasnya pun cukup lengkap, mulai dari ruang tamu, dapur kering lengkap dengan kulkas, microwave, termos listrik.


Di balkon, disediakan pula mesin cuci, mesin pengering dan tentu saja tali jemuran. Sebetulnya ada juga kompor gas berdiri yang dilengkapi dengan oven, tetapi perlu diperbaiki dulu. Yang jelas, dengan adanya mesin cuci saja, aku sudah merasa terbantu sekali.


Flat tempat tinggal aku ini terletak di "kolej" (asrama) ke-12 yang terdiri dari 3 blok bangunan masing-masing 9 lantai.

Blok B Kolej ke-12 Universitas Malaya

Oya, aku di Universitas Malaya ini tinggal sekolej dengan anak sulungku, Ammar Saifullah Kamalie. Ketika tulisan ini aku buat, dia lagi berada di tengah-tengah keluarga tercinta, di Jakarta. Dua hari lalu dia baru selesai ujian bahasa Inggris setelah 5 minggu dia ikuti secara intensif. Hasilnya akan diumumkan tanggal 5 Juli 2007. Karena anakku itu mahasiswa S1, dia tidak boleh tinggal di flatku yang berada di kawasan mahasiswi itu. Dia tinggal di Blok B. Namun demikian, setiap sarapan dan makan malam, kami selalu bersama. Di akhir pekan, Ammar aku minta bawa semua pakaian kotornya agar aku cuci dengan mesin.

Malaysia, puluhan tahun lalu memang belajar banyak dari negaraku, Indonesia. Hingga sekarang pun masih banyak warga Malaysia yang belajar di berbagai universitas di negaraku. Namun karena pertumbuhan ekonominya melesat sedemikian rupa, Indonesia jauh tertinggal dalam mutu pendidikannya. Tak heran, banyak mahasiswa Indonesia sekarang lebih memilih Malaysia sebagai tempat menuntut ilmu.

Selain kualitas, hampir setiap universitas menyediakan asrama untuk mahasiswa. Bahkan di Universitas Malaya ini, beberapa kolej menyediakan makan 3 kali sehari. Pembayarannya disatukan dengan sewa asrama. Bagi mahasiswa S1, dibayar per semester, sedangkan seperti aku, yang hanya penelitian dibayar per bulan.

Kolej 12 berkapasitas 3500 orang. Karena jumlah yang banyak ini, pengelola gedung tidak mampu menyediakan paket penginapan dan makan. Sebagai pengganti, pengelola menyediakan kantin dengan harga standar mahasiswa. Dengan hanya RM 3 (tiga ringgit Malaysia = Rp. 7.950,-) kita sudah bisa menikmati makanan yang lumayan. Yang jelas kantin yang berada di kampus standar kebersihan dan kesehatannya jauh di atas warteg atau warung Padang dekat kampus tempat aku bekerja selama ini, di kawasan Jakarta Selatan.

Tuesday, June 26, 2007

Altantuya Shaariibu, Siapa Sebenarnya Pembunuhmu?


Altantuya,
Hari-hari ini kasus pembunuhan keji terhadap dirimu kembali diperbincangkan media massa di negara tempat engkau meregang nyawa. Engkau tentunya dari alam sana, terus mengikuti perkembangan persidangan demi persidangan, termasuk penggantian hakim yang menangani kasusmu.

Kasus kematianmu ini sangat menarik minat orang ramai karena diduga melibatkan "orang gedean" di negeri kerajaan ini. Aku sangat bersimpati terhadap dirimu karena ada kesamaan profesi denganku. Tamatan universitas, guru dan penerjemah. Menurut sejumlah media yang aku baca, engkau menguasai banyak bahasa selain Inggris, tentunya. Salah satu berita itu adalah sebagai berikut:

Altantuya Shaaribu

In Star 12 Nov, her cousin Amy is reported to have said that “Altantuya is a university graduate, teacher and also a translator. She owns a travel agency. … and is a part-time model … She always travels overseas for business.”

Altantuya yang berada di alam gaib sana,
Pengadilan di dunia ini banyak direkayasa orang-orang yang berkuasa, terlebih bila berkaitan dengan politik. Aku sih gak pesimis bahwa kelak pengadilan akan menetapkan para tersangka eksekutor terhadap dirimu itu. Yang aku sangsikan adalah, siapa dalangnya.

Pro dan kontra tentang apakah engkau telah memeluk Islam atau belum, hanya engkau yang tahu. Demikian juga apakah engkau menukar namamu dengan Aminah atau Aisyah, supaya terdengar Islami, juga hanya dirimu yang mengetahuinya.

Namun bagiku, andaikata engkau ternyata masih memeluk agamamu dulu atau mungkin tidak beragama sekali pun, aku atas nama pemeluk agama Islam, tentunya sangat malu terhadap masyarakat negerimu. Bukankah selama ini masyarakat luas di luar Islam sering mengidentikkan Islam dengan kekerasan, dengan korupsi (risywah), dengan poligami (meskipun sebenarnya "syah" menurut agama)? Yang jelas agama Islam di dunia luar -- terutama Barat -- berkonotasi sangat negatif. Nah, para terdakwa dalam kasus pembunuhan keji terhadap dirimu ini, astagfirullah: Ya Allah ampunilah hamba-hamba-Mu ini -- semuanya beragama Islam (kalau salah, mohon dikoreksi). Aku yakin dari nama-nama mereka. Betullah, yang bernama kearab-araban itu tidak dijamin Islamnya kuat, tetapi paling tidak orang tua yang memberi nama tersebut berdoa agar anak-anaknya itu hidupnya kelak sesuai dengan nama yang disandangnya, saleh dan berbakti kepada kedua orang tua dan negara.

Altantuya,
Karena aku belum pernah berkunjung ke alam tempatmu berada -- cepat atau lambat aku pun pasti ke sana sih -- maka aku tidak tahu apakah tulisanku ini bisa engkau baca atau ada orang yang memberitahumu tentang tulisan ini atau tidak? Bagaimana pun aku berdoa, semoga kasus pembunuhan keji terhadap dirimu segera membuahkan hasil. Kalau pun tidak, Tuhan kami di alam sana akan membuktikan siapa sebetulnya otak pembunuhan keji itu.

Saturday, June 23, 2007

ANTARA BETTY DAN CERIYATI

Ini adalah kisah dua orang manusia, sama-sama perempuan, sama-sama rajin mencari makan, sama-sama berkaitan dengan Indonesia. Bedanya, Betty yang berdarah Arab-Melayu-Jawa itu mencari makan dengan menjual suara dan (mudah-mudahan sih tidak) kemolekan tubuhnya. Ceriyati mencari makan -- sama dengan Betty, sama-sama di Malaysia -- tetapi dengan menjual tenaga, sebagai pembantu rumah tangga, dan mustahil menjual kemolekan tubuhnya.

Ceriyati pulang kampung membawa lebih Rp. 75 juta (hanya sepadan dengan RM 28.000) setelah nyaris mengorbankan nyawanya dan membuat geger kedua negara. Gambarnya saat


Saat Ceriyati Hendak Melarikan Diri dari Lantai 15 Apartemen Tamarind, Sentul


dia bergantung pada potongan kain dari lantai 15, telah menghiasai surat kabar di kedua negara bersahabat itu. Uang itu pun bukan upah pekerjaannya, karena sang majikan memang belum membayarnya. Uang sejumlah itu pemberian pemerintah dan asuransi. Setelah kasus Ceriyati muncul, para agensi TKI Malaysia dikabarkan ramai-ramai membayar gaji para TKI.

Begitu seriusnya kasus Ceriyati sampai-sampai presiden SBY dan parlemen Malaysia pun turun membicarakannya.

Uang sejumlah RM 28.000 itu yang diperoleh setelah nyawanya nyaris melayang, mungkin hanya dengan sekali tampil dengan mudah diperoleh Betty. Nasib orang memang tidak sama. Rizki telah diatur oleh Yang Maha Kuasa.



Betty cemas tidak lena tidur


Oleh Raja Nurfatimah Mawar Mohamed
BAGAI bulan jatuh ke riba apabila Betty Banafe menerima undangan daripada kerabat diraja Arab untuk mengadakan persembahan yang dihadiri ramai pembesar dan VVIP. Begitulah tuah Betty bersama album sulungnya, Ibtisam.Namun jauh di sudut hati, Betty akui cemas. Hatinya sentiasa gelisah menghitung hari untuk beraksi di Bahrain, Qatar, Syria dan Dubai, penghujung bulan ini. Tempoh 20 hari berada di Timur Tengah itu bakal mencipta sejarah baru dalam kerjaya nyanyiannya selain membawa nama negara ke peringkat antarabangsa.Apa yang dapat dikatakan, Betty satu-satunya penyanyi wanita Malaysia yang berjaya menembusi pasaran Arab. Namun sejauh manakah penerimaan orang Arab terhadap karya dan muziknya itu belum dipastikan lagi.Sambil tersenyum, penyanyi dan aktres berdarah kacukan Melayu, Arab dan Jawa itu mengakui: "Saya memang cemas dan tidak lena tidur malam. Saya tak kisah dikritik, malah apa pun reaksi mereka terhadap album Ibtisam, saya akan terima dengan hati terbuka."Bagaimanapun, apabila memperdengarkan lagu dalam album saya kepada rakan-rakan dari Timur Tengah, mereka memuji, malah sebutan saya juga tepat. Ini menguatkan semangat saya untuk membawa lagu saya untuk diperdengarkan kepada mereka."Ramai rakan menganggap album ini unik kerana menggabungkan elemen Arab dan Melayu, mungkin sesuatu yang baru buat mereka. Kelainan yang ditampilkan itu membuatkan kerabat diraja Arab itu begitu berminat membawa saya menerokai pasaran di negaranya."Betty atau nama sebenarnya, Betty Ibtisam Abu Bakar Banafe, 30, akui dia tidak mempunyai masalah berkomunikasi dalam bahasa Arab kerana Arab dan Indonesia adalah bahasa pertuturannya di rumah.Bagaimanapun katanya, mereka hanya bertutur bahasa pasar yakni tidak begitu fasih seperti orang Arab sebenar.Betty berkata dia terpaksa menunggu tujuh tahun untuk menghasilkan Ibtisam. Berkat semangat yang tinggi, akhirnya dia berjaya merealisasikan album impian itu."Saya tak menyangka kelainan yang ditampilkan dalam album ini berjaya membuka mata orang luar terhadap muzik kita. Saya harap kehadiran album ini dalam pasaran Timur Tengah akan mendapat menerima reaksi positif," katanya yang turut membawa 20 penari latar mengiring persembahannya kelak.Selain diundang mengadakan persembahan di empat destinasi, Betty bernasib baik kerana bakal melancarkan album Ibtisam di sana. Khabarnya agensi yang terbabit turut mengaturkan wawancara bersama pihak media massa di sana.Hati terpikat jejaka Arab?DALAM diam-diam, Betty khabarnya sedang dilamun cinta dengan jejaka Arab. Namun pemegang Ijazah Sarjana Muda Komunikasi dari Universiti Teknologi Mara (UiTM), Shah Alam itu menafikan gosip itu. Anak kelahiran Johor Bahru itu menegaskan tiada mana-mana lelaki yang wujud dalam hatinya ketika ini."Saya memang ramai kawan. Saya memang ada berkawan dengan lelaki Arab tetapi mereka juga tak lebih daripada kawan biasa. Mungkin kerana album Ibtisam, saya semakin rapat dengan kawan dari Timur Tengah."Cinta tak pernah wujud dalam diri saya buat ketika ini. Saya percaya kalau ada jodoh tak ke mana, lagi pun saya masih muda dan perlu mengukuhkan nama dalam bidang nyanyian," katanya yang semakin popular dengan lagu Waiyak (Bersamamu) dan Cinta Maulana.Mungkin ramai tidak mengetahui, Betty mula dikenali sebagai penyanyi pada 1995 dan pernah menghasilkan album gambus pada 1997, tetapi album itu terbengkalai apabila adiknya, Shahrazat Banafe meninggal dunia akibat kemalangan jalan raya.Penantian panjang Betty melahirkan album solo akhirnya terjawab dengan kehadiran Ibtisam yang bermaksud Senyuman."Tujuh tahun saya mengumpul bahan selain mencari komposer yang mampu mengetengahkan lagu Arab. Akhirnya saya bertemu Shed Ali, selain adik saya, Rifkee Banafe sebagai produser. Halangan tidak terhenti di situ apabila tiada syarikat rakaman yang berani mengedarkan album saya, jadi saya terpaksa memasarkannya menerusi Internet sebelum bertemu Maestro Records."Saya amat bersyukur dugaan dan halangan tidak sedikit pun mematahkan semangat saya menjadi penyanyi," ujarnya.

http://www.bharian.com.my/Entertainment/BintangPopular/Ahad/Variasi/20070423125945/Article/



Ceriyati Disiksa, Majikan Datangi KBRI Kuala Lumpur


KESRA--18 JUNI: Majikan Ceriyati, Ivone Siew, didampingi agen pemasok PRT Malaysia, hari Senin (18/6) mendatangi KBRI Kuala Lumpur dan diterima oleh Kepala Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI Tatang B Razak dan Atase Tenaga Kerja Teguh H Cahyono dan Kepala Imigrasi Bambang Widodo.
Ivone Siew mengenakan baju cokelat dan berkaca mata tampak menunduk terus untuk menghindari pengambilan foto. Ia kelihatan pucat dan lebih memilih diam seribu bahasa ketika dihadapkan oleh para pejabat KBRI. Suaminya Michael Tsen tidak tampak mendampingi.
"Kabarnya dia merupakan istri kedua dan umur majikan laki-laki sudah tua sekitar 50-an sedangkan usia Ivone sendiri sekitar 30-an," kata Teguh.
Ivone adalah majikan dari Ceriyati binti Dapin, PRT asal Brebes, yang membuat geger masyarakat Malaysia karena PRT itu nekat kabur dari apartemen Tamarind Lt 15, Sentul, Kuala Lumpur, Sabtu siang (16/6) melalui jendela dengan hanya menggunakan potongan kain yang diikat.
Media massa Malaysia seperti Utusan Malaysia, Harian Metro, dan New Strait Times membuat foto-foto drama penyelamatan Ceriyati pada halaman satu dan juga foto-foto Ceriyati dengan muka dan leher bengkak-bengkak karena dipukuli majikan, Sabtu paginya.
Ia nekat kabur karena tidak tahan dipukuli oleh majikan perempuan selama empat setengah bulan bekerja. Ketika turun dengan memanjat apartemen itu, para penghuni lainnya melihat kemudian menelepon Tim Bomba, tim pemadam kebakaran dan penyelamat Malaysia.
Tim Bomba dan masyarakat akhirnya menyelamatkan Ceriyati yang masih tergantung di Lt 12. Menurut Tatang B Razak, Sekretaris Jenderal Kementerian Hal Ehwal Dalam Negeri Malaysia Tan Sri Aseh akan datang ke KBRI guna menengok Ceriyati.
Sudah Di KBRI.
Ceriyati binti Dapin, 34 tahun , pembantu rumah tangga (PRT) Indonesia yang nekat kabur lewat jendela dan turun dengan memanjat tali kain dari lantai 15 kondomonium Tamarind Sentul Kuala Lumpur kini sudah berada dalam penampungan KBRI Kuala Lumpur.
Luka-luka yang diderita yakni bengkak-bengkak di jidat, leher sebelah kanan, dan luka-luka di tangan sudah agak membaik setelah pada Minggu (17/6) dibawa ke RS Kuala Lumpur . Wakil Dubes RI untuk Malaysia AM Fachir, Atase Tenaga Kerja Teguh H Cahyono, dan Kepala Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI Tatang B Razak sudah menemui dan berdialog dengan Ceriyati.
Semula media massa Malaysia memberitakan nama PRT Shamelin asal Palembang sebenarnya ialah Ceriyati asal Brebes Jawa Tengah. Ketika lari, majikannya sedang tidak ada di rumah.
Ceriyati kemudian dibawa ke KBRI Kuala Lumpur, Sabtu sore. Ia langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Setelah itu ia dibawa ke kantor polisi Sentul untuk dimintai keterangan. Saat dimintai keterangan di Kantor Polisi Sentul, majikan laki-laki Michael Tsen sudah berada di kantor polisi.
"Saya bekerja dari jam 06 pagi hingga jam 02 pagi lagi. Saya hanya dikasih makan sekali sehari. Disuruh bekerja di rumah dan juga pekerjaan majikan perempuan sebagai broker real estate. Pekerjaan rumah tangga sih selalu beres, tapi pekerjaan di perusahaan nya yang sering membuat majikan perempuan selalu memukul saya," ungkap Ceriyati.
"Saya dilarang beribadah. Dilarang keluar apartemen. Disuruh tidur di ubin dan selalu dikunci dalam kamar jika majikan laki-laki dan perempuan pergi karena sering dipukul dan disakiti makanya saya nekat kabur," katanya.
Ceriyati bekerja dengan majikan bernama Michael Tsen dan Ivone Siew di sebuah kondomonium Tamarind Sentul sejak empat bulan setengah lalu. Selama empat bulan bekerja, ia juga belum menerima gaji. Ini merupakan pengalaman pertama Ceriyati bekerja sebagai PRT di Malaysia dan di luar negeri.
Ia memiliki seorang suami bernama Ridwan dan dua anak yang kini masih tinggal di Brebes. Namun dengan kejadian ini, Ceriyati enggan kembali ke tanah air sebelum membawa uang. Ia dikirim ke Malaysia melalui agen Indonesia PT Sumber Kencana Sejahtera dan agen Malaysia yang menampung ialah Kemas Cerah Bhd.
Sementara itu, Wakil Dubes RI AM Fachir mengatakan, akan melakukan konsultasi dengan pengacara kedutaan kemudian memberikan opsi kepada korban. "Opsi apa yang akan diambil karena dia yang akan menjalani sendiri. Ceriyati untuk sementara akan tinggal di penampungan kedutaan," kata Fachir. (rol/broto)

http://www.menkokesra.go.id/content/view/4215/39/

Betty Banafe, Oh Betttttttyyy

Semalam, tepatnya Sabtu malam alias malam Minggu atau lebih tepatnya malam Ahad, saat para muda-muda biasanya menggunakannya untuk menumpahkan kerinduan masing-masing, aku disibukkan oleh sebuah virus Perflib_Perfdata.dat. Sambil mempelajari bagaimana menghilangkan virus yang "degil" (bandel) ini, aku ditemani KL FM yang secara kebetulan menyiarkan acara "temubual" (talkshow) wartawan dan artis "tempatan" (lokal). Salah seorang artis yang menjadi "tetamu jemputan" (tamu undangan) adalah Betty Banafe. Karena saya hanya sekadar mendengar sebuah siaran radio, ya saya tidak dapat melihat apakah ia berwajah cantik atau tidak. Kalau pun tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang artis lokal ini semata-mata karena ia sangat membanggakan membawakan lagu-lagu Arab. Dengan fasihnya ia berkata bahwa masyarakat Melayu sangat "mesra" (maksudnya 'akrab') dengan bahasa Arab. Pengaruh bahasa ini begitu kuatnya dalam bahasa dan budaya masyarakat Melayu. Wah, gileeeee ! Seorang artis bisa membanggakan sesuatu yang selama ini juga aku banggakan.

Terus terang saja, ketika aku menginjakkan kaki di bandara KLIA tahun 2005 lalu, aku begitu terkesan mendengar pengumuman berbahasa Arab. Papan penunjuk yang ditulis dengan berbagai bahasa, salah satunya bahasa Arab. Pantas saja wisatawan Timur Tengah betah berlama-lama di negeri semenanjung ini. Salah satunya adalah famili saya dari Jeddah dan Mekkah. Mereka sekeluarga tinggal di negeri ini berbulan-bulan, padahal jika dibanding dengan negaraku, tujuan wisata di negeri ini tak seberapa. Harga barang-barang pun mungkin lebih murah di ITC Mangga Dua atau Tanah Abang.

Yang jelas para wisatawan Timur Tengah wajar betah berlama-lama di Malaysia karena salah satunya itu tadi, sejak mendarat mereka sudah diperlakukan serasa di tanah airnya sendiri. Di pusat wisata seperti kawasan Bukit Bintang, misalnya, banyak papan penunjuk menggunakan bahasa Arab. Di pusat belanja Sungai Wang, banyak kedai milik orang China yang menempelkan tawaran pelayanan mereka dengan menggunakan bahasa dan tulisan Arab.

Kembali ke Betty Banafe yang begitu bangga membawakan lagu-lagu Arab. Didorong rasa ingin tahu, siapa artis yang begitu bangga menyanyikan lagu-lagu Arab ini, esok harinya aku telusuri lewat Google. Beberapa tulisan mengupas sang artis yang ternyata memang elok rupawan. Wajah Timur Tengahlah. Namun, dalam sebuah situs yang mengiklankan berlibur bersama artis jelita ini ke Vietnam, sang artis berpose dekat sedannya, ooooooh sungguh amat disayangkan. Mungkin ketika hendak diambil gambar, ia tergesa-gesa sehingga salah mengambil T-Shirtnya. Tak sepadan dengan ukuran tubuhnya sehingga "udel"nya kelihatan. Celana panjangnya pun sepertinya bukan miliknya karena tampak begitu ketatnya. Duh, Betty Banafe. Kekagumanku terhadapmu yang membanggakan bahasa Arab digunakan dalam lagu-lagumu itu, sedikit -- atau mungkin banyak -- terganggu oleh penampilanmu itu. Apakah kamu memang mengikuti penampilan para artis Timur Tengah sana yang tampil "seronok" (tak sopan)?

Betty, Oh Betty

HOMONIMI KATA MELAYU DAN KATA INDONESIA

Tulisan berikut adalah karya Soehenda Iskar yang saya ambil dari alamat berikut:

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0604/06/khazanah/wisatabahasa.htm

Homonimi Kata Melayu dan Kata Indonesia
Asuhan Soehenda Iskar

BERBEDA dengan tata bahasa, kajian sosiolinguistik harus mempertimbangkan objek telaah bahasa, apakah datanya berdasarkan (a) pendekatan sinkronis atau (b) pendekatan diakronis. Data bahasa waku sekarang tahun 2004 dipergunakan bila pendekatan sinkronis yang akan kita terapkan saat ini. Data yang berasal dari masa silam yang berlatar belakang kesejarahan, misalkan penggunaan bahasa Indonesia abad ke-19, merupakan data telaah untuk pendekatan diakronis. Boleh keduanya dipakai asalkan ada perbandingan.
Menelusuri ke masa lampau kita mengetahui bahwa bahasa Melayu di negeri jiran, di Malaysia dan Brunei Darussalam serumpun dengan bahasa Indonesia. Hanya karena pengaruh penjajahan Inggris di sana dan penjajahan Belanda di negeri kita, terjadi diversifikasi mengenai kedua bahasa itu. Kontak pun terputus.
Sementara itu tinjauan semantik yang mempelajari segala arti, menerangkan kesamaan bentuk kata namun perbedaan makna, berakibat melahirkan homonim hasilnya berupa homonimi. Marilah kita membuat verifikasi mengenai homonimi melalui penerapan kedua pendekatan tersebut.
(1) Dari bandar yang menyelenggarakan perjudian illegal, polisi menyita uang 30 juta rupiah. (2) Belum lama ini telah disergap oleh satserse seorang bandar narkoba. (3) Baik Jakarta maupun Surabaya layak dinamakan bandar. (4) Pemeriksaan dan pengawasan di bandar udara diperketat untuk mencegah aksi terorisme yang minta korban. (5) Kenalan saya tinggal di luar bandar Kualalumpur.
Kata bandar (1) serapan dari bahasa Sunda yang bermakna denotasi cukong atau koordinator perjudian. Sebagai kata serapan dalam bahasa Indonesia, kata bandar (2) meluas artinya yaitu gembong kriminalitas. Dalam bahasa Indonesia yang berbasis dialek Melayu Riau, kata bandar (3) bermakna kota yang hanya mempunyai pelabuhan, autoritas pelabuhan disebut syahbandar. Oleh karena itu, kata bandar dengan arti denotasinya cocok diterapkan pada Jakarta, Surabaya. Di negeri jiran, di Malaysia dan di Brunei Darussalam yaitu dalam bahasa Melayu kata bandar (5) bermakna kota untuk bahasa Indonesia. Dalam kosa kata Indonesia kata bandar (4) terjadi perluasan arti yaitu tempat berlabuh angkutan laut dan angkutan udara/bandara.
Dari hasil analisis deskriptif terhadap kata bandar (1,2,3,4,5) yang merupakan polisemi dan dibandingkan dengan kata Melayu telah menghasilkan homonimi. Marilah kita lanjutkan telaah homonimi lainnya.
(6) Allah swt. berfiman dalam Alquran surah al Hijr ayat 9, Sesungguhnya kami telah menurunkan al Quran, dan sesungguhnya kami tetap memeliharanya. Makna ayat sebagai kata serapan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia ialah beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian surah dalam kitab suci Alquran. Dikutip dari UUD pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Kata ayat (1) bermakna beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian pasal dalam undang-undang. Jadi, kata ayat (1,2) menunjukkan polisemi juga dan tampaknya homonim pula dengan kata ayat (3) dalam bahasa Melayu " " Cerpennya terdiri dari ayat-ayat yang diucapkan seseorang. Kata ayat sebagai kata Melayu sama artinya dengan kalimat untuk bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata ayat (1,2,3) tergolong homonim.
(1) Dahulu ia berkhidmati sebagai pensyarah di universiti. Pada upacara bendera dan apel pagi para peserta berdiri (2) khidmat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dari contoh kalimat (1) diperoleh kata Melayu berkhidmat dan pensyarah yaitu dosen untuk kata Indonesia. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia kata berkhidmat itu ialah berdinas, berprofesi. Pemakaiannya jarang, janggal dalam bahasa kita. Dari contoh kalimat (2) kata Indonesia khidmat sering berfungsi sebagai adverbia dengan arti hormat, takzim. Hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan kata berkhidmat, khidmat adalah homonim juga.
Menurut laporan akhbar, semalam hujan ribut, pokok durian jiran kami buahnya yang kuning gugur. Kata-kata Melayu akhbar diartikan dengan harian, koran atau surat kabar. Jika kita hendak beradaptasi boleh kita menyebut akhbar Pikiran Rakyat dari Bandung. Kata pokok dalam bahasa Melayu boleh diartikan dengan kata Indonesia (batang) pohon. Akan tetapi, kata ini polisemi karena maknanya dalam bahasa Indonesia ialah (1) uang modal, (2) inti, asas, dasar (pokok pikiran), (3) yang utama (soal pokok), (4) sebab (pokok perselisihan). Kata Melayu ribut tidak lazim untuk peristiwa hujan. Dalam bahasa Indonesia ada arti kolokasi hujan lebat. Namun dalam bentuk arkhais ditemukan kelompok kata angin ribut yang artinya badai.
Dengan pendekatan sinkronis ternyata kata Indonesia ribut bermakna polisemi karena artinya (a) gaduh, (b) berisik, (c) berselisih, bertengkar. Menurut arti denotasi kata gugur yaitu jatuh seperti dalam bahasa Melayu. Akan tetapi, kata gugur dalam bahasa Indonesia digunakan dengan arti konotasi dan meliputi gaya bahasa eufimisme "Dalam pertempuran di Bandung Selatan melawan serdadu NICA yang persenjataannya lengkap selama perang kemerdekaan, telah gugur banyak pejuang," yaitu tewas.
Pada akhirnya homonimi terungkap dalam kalimat (1) Antologi Memburu Pagi diselenggarakan oleh Awang H. Magon bin Ghafar. (2) Kampanye parpol untuk pemilu 5 April diselenggarakan di lapangan Gasibu. Meskipun kedua kata sama bentuknya, artinya berbeda sekali. Kata diselenggarakan (1) sebagai kata Melayu dapat diartikan polisemi yaitu dibukukan, dikarang, diterbitkan dan sebagainya. Sebaliknya kata Indonesia diselenggarakan (2) bermakna diadakan, dilaksanakan. Demikianlah deskripsi dan paparan mengenai homonimi yang terdapat dalam bahasa Melayu dengan sumbernya Majalah Bahana, Dewan Bahasa dan Pustaka, Brunei Darussalam.***

KOLOKASI DALAM BAHASA ARAB: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

1. Pendahuluan
Tajuk makalah ini merupakan topik penelitian saya di Universitas Malaya, Malaysia sejak tahun 2006 hingga sekarang. Kolokasi merupakan fenomena universal yang ada dalam setiap bahasa dan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu bahasa dan lainnya. Karena keunikannya itulah maka kolokasi menjadi objek yang sangat menarik untuk dikaji. Sebagaimana akan dijelaskan nanti, kolokasi sangat erat dengan pengajaran bahasa dan dengan penerjemahan.

2. Apa itu Kolokasi?
Istilah kolokasi dipopulerkan oleh linguis Inggris Firth dengan slogan yang terkenal “you shall judge a word by the company it keeps”. Dalam sebuah artikel yang bertajuk Modes of meaning (Firth 1957), dia menjelaskan bagaimana kajian “meaning by collocation” dapat memberikan kontribusi pada pendekatan makna kata baik secara formal maupun secara kontekstual sebagai kebalikan dari pendekatan secara konseptual.

Meaning by collocation is an abstraction at the syntagmatic level and is not directly concerned with the conceptual or idea approach to the meaning of words. One of the meanings of night is its collocability with dark, and of dark, of course, collocation with night. (Firth 1957: 196)

(Pemaknaan dengan kolokasi adalah suatu abstraksi pada tingkatan sintagmatik dan tidaklah secara langsung terkait dengan pendekatan konseptual atau gagasan terhadap arti kata. Salah satu makna night adalah dapat berkolokasinya kata tersebut dengan dark, dan tentu saja, makna dark dapat diketahui dengan mudah bila berkolokasi dengan night).

Linguis setelahnya melihat kolokasi dengan aspek yang berbeda tetapi sebetulnya masih berkaitan erat dengan kolokasi. Sinclair, misalnya, salah seorang murid Firth di London University, melihat kolokasi sebagai berikut:

Collocation is the occurrence of two or more words within a short space of each other in a text. (Sinclair 1991: 170)

(Kolokasi adalah kemunculan dua kata atau lebih secara bersamaan dengan kata lain dalam sebuah teks dengan jarak yang tidak berjauhan).

Partington (1996: 15) menyebut kedua definisi di atas sebagai definisi tekstual. Satu unsur bahasa berkolokasi dengan unsur lainnya jika ia tampak di satu tempat yang berdekatan dalam sebuah teks. Berdasarkan definisi ini, kolokasi merupakan konsekwensi dari linearitas bahasa, atau sebaliknya, jika kita memandang teks sebagai suatu proses alih-alih suatu produk. Ia merupakan metode utama, bersama-sama dengan sintaksis yang dengannya linearitas bahasa ini dibangun.
Definisi kolokasi yang lain diberikan oleh Leech ketika mendiskusikan “Seven Types of Meaning”, yang salah satunya ia sebut “collocative meaning”.

Collocative meaning consists of the associations a word acquires on account of the meanings of words which tend to occur in its environment. (Leech 1974: 20)

(Makna kolokatif terdiri dari hubungan sebuah kata yang memperoleh makna kata-kata yang cenderung muncul dalam lingkungannya).

Definisi ini, menurut Parlington, adalah definsi psikologis atau assosiatif. Ia merupakan bagian dari kompetensi komunikasi seorang penutur asli untuk mengetahui kolokasi mana yang normal dan mana yang tidak biasa dalam situasi tertentu. Melalui interaksinya yang lama terhadap sebuah bahasa, para penutur asli memperoleh apa yang disebut Firth “expectancies” (1957: 195) di mana unsur-unsur bahasa pada umumnya muncul bersama yang lainnya dalam teks. Kontribusi kolokasi, dalam istilah psikologis, terhadap makna juga ditekankan oleh Aitchison yang mengatakan bahwa “human learn word-meaning from what occurs alongside” (1997: 21). Pembelajar, baik itu anak-anak maupun orang dewasa berhadapan dengan sebuah kata yang tidak dikenal yang dapat dijadikan kunci untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur bahasa yang menyertainya.
Konsep lain tentang kolokasi diberikan oleh Hoey:

collocation has long been the name given to the relationship a lexical item has with items that appear with greater than random probability in its (textual) context. (Hoey 1991: 6-7)

(kolokasi telah lama menjadi sebuah istilah untuk hubungan sebuah unsur leksikal dengan unsur lainnya yang tampak lebih besar kemungkinannya daripada secara acak dalam konteks tekstualnya).

Parlington menyebut definisi terakhir ini sebagai definisi statistik dan merupakan definisi yang sangat sesuai sebagai konsep bagi mereka yang mengkaji korpus linguistik, di mana sejumlah besar teks dapat diperoleh untuk analisis komputer. Kemunculan secara bersamaan dua unsur bahasa menjadi menarik untuk sebuah tujuan, terutama bila kemunculannya yang bersamaan tersebut berulang kali yang kelak dapat dijadikan sebagai pola-pola kolokasi. Hubungan biasa sebuah kata dengan unsur bahasa lainnya dapat dikaji baik melalui konkordansi kata tersebut maupun dengan mendapatkan daftar kekerapan kata tersebut berkolokasi dengan unsur bahasa lainnya. Firth sendiri memberikan contoh kata time yang sering berkolokasi dengan kata-kata saved, spent, wasted, fritted away dan juga dengan kata-kata presses dan flies bahkan dengan kata no. Ini berarti, suatu hal yang memungkinkan untuk menggambarkan perilaku setiap unsur leksikal dalam sebuah bahasa.
Dari ketiga jenis definisi di atas, kita dapat simpulkan bahwa kolokasi merupakan hubungan sebuah kata atau lebih dengan unsur bahasa lainnya yang muncul secara bersamaan dalam sebuah teks yang jarak antara kata dan unsur bahasa lainnya itu tidak harus berdampingan tetapi dalam jarak yang tidak terlalu jauh.

3. Mengapa Kolokasi itu Penting?
Kolokasi sangat penting dikaji dilihat setidaknya dari dua sudut pandang, yaitu (a) sudut pandang pembelajaran bahasa, dan (b) sudut pandang penerjemahan. Dari sudut pandang pembelajaran bahasa, kolokasi dianggap sangat penting, karena ada beberapa alasan yang harus diketahui oleh para pengajar (Hill 2000: 53-56)[1]:
a) Leksikon tidak disusun secara semena
Alasan pertama dan yang paling tampak mengapa kolokasi itu penting adalah karena cara kata-kata berkombinasi dalam sebuah kolokasi adalah hal yang sangat mendasar dalam penggunaan semua bahasa. Leksikon tidak disusun secara semena. Kita tidak berbicara atau menulis seakan bahasa itu merupakan tabel kosa kata yang sangat besar yang dapat digonta-ganti untuk mengisi slot dalam struktur gramatikal. Suatu kosa kata penting yang dipergunakan secara luas, kolokasinya dapat diprediksikan. Ketika seorang penutur bahasa Arab memikirkan minuman, misalnya, ia dapat menggunakan verba yang umum seperti يشرب. Pendengar dapat memprediksikan sejumlah besar kemungkinan kata yang berkolokasi dengan verba tersebut, seperti: الشاي ‘teh’, الحليب ‘susu’, القهوة‘kopi’, عصير البرتقال‘jus jeruk’, tetapi sama sekali pendengar tidak akan memprediksikan kata-kata زيت المحرك ‘oli mesin’, شامبو‘syampo’ حامض الكبريتيك ‘asam belerang’.
b) Kolokasi dapat diprediksi
Dalam bahasa Arab terdapat sejumlah verba yang berkolokasi dengan preposisi tertentu. Misalnya, verba قال dan semua kata bentukan daripadanya pasti berkolokasi dengan preposisi لـ dan tidak pernah berkolokasi dengan إلى.
c) Ukuran kamus mental berkenaan dengan ungkapan
Kolokasi menjadi penting karena area yang dapat diprediksikan itu sangat besar. Dua, tiga, empat bahkan lima kolokasi kata akan membuat sejumlah besar teks yang alami, baik yang berupa tuturan maupun tulisan. Banyak dari yang kita ucapkan, kita dengar, kita baca atau kita tulis kita temukan dalam ungkapan tetap.
d) Peranan ingatan
Kita mengenal kolokasi karena kita telah bertemu dengannya. Kita kemudian mendapatkannya kembali dari leksikon mental kita sama seperti kita memperoleh nomor telepon atau alamat dari ingatan kita.
e) Kelancaran
Kolokasi dapat menjadikan kita berfikir dan berkomunikasi lebih efisien. Penutur asli dapat berbicara dengan begitu lancar karena mereka memanggil kembali sejumlah besar daftar kosa kata dari sebuah bahasa yang sudah jadi yang secara langsung mereka peroleh dari leksikon mental mereka. Sama halnya, mereka dapat mendengar tuturan dalam suatu kecepatan tuturan dan membaca dengan cepat karena mereka secara konstan mengenali satuan multi-kata alih-alih memproses segala sesuatu kata-per-kata. Salah satu alasan utama mengapa pembelajar bahasa mendapatkan pelajaran kemahiran mendengar dan membaca begitu sulit adalah bukan karena banyaknya kata-kata baru tetapi karena banyaknya kolokasi yang tidak dikenali. Perbedaan utama antara penutur asli dan bukan asli adalah bahwa yang pertama telah akrab dengan sejumlah kolokasi dengan demikian ia dapat mengenali dan memproduksi pola-pola yang sudah jadi yang menjadikan mereka mampu memproses dan memproduksi bahasa lebih cepat dari yang bukan penutur asli.
f) Kolokasi membuat berfikir lebih mudah
Kita dapat berfikir tentang hal-hal yang baru dan berbicara secepat kita berfikir, sebabnya adalah karena kita tidak menggunakan bahasa baru selamanya. Kolokasi membuat kita mampu mengekspresikan gagasan kompleks secara cepat dengan demikian kita dapat terus memanipulasi gagasan-gagasan tersebut tanpa mempergunakan semua bagian otak kita guna memfokuskan ingatan pada bentuk kata-kata. Salah satu gagasan kompleks dalam bahasa Arab adalah tentang akal bulus seseorang dalam memperdayakan orang lain. Penutur asli bahasa Arab cukup dengan mudah mengekspresikannya dengan kolokasi yang sudah menjadi peribahasa مسمار جحا ‘paku Juha’. Kedua kata tersebut sangat akrab di telinga para penutur bahasa Arab dan kolokasi yang dibentukpun sederhana nomina + nomina. Begitulah, kolokasi merupakan kunci penting menuju kelancaran berbahasa asing.
Demikian beberapa alasan mengapa kolokasi dianggap sangat penting dilihat dari sudut pandang pembelajaran bahasa. Berikutnya, kita lihat bagaimana pentingnya kolokasi dilihat dari sudut pandang penerjemahan.
Kemampuan mengidentifikasi kolokasi dalam suatu teks peranannya sangat besar dalam proses penerjemahannya. Dalam bahasa Arab terdapat banyak kata yang bermakna unik manakala berkolokasi dengan kata-kata tertentu. Verba شرب misalnya yang makna asalnya ‘minum’, makna tersebut tidak lagi terlihat bila berkolokasi dengan sejumlah kata yang selanjutnya menjadi peribahasa di kalangan penutur asli bahasa Arab.
Bila seorang Arab berkata, اِشْرَبْ مِنَ الْبَحْرِ dalam tuturan berikut:
ما دمتَ تعيش في هذا المكان فعليك أن تخضع لنظمه وتنفذها بدقة ، وإن لم يعجبك ذلك فَلْْتَشْرَبْ من البحر.
maka sama sekali tidak ada kaitannya dengan makna minum sehingga diterjemahkan “maka minumlah dari laut”. Maksud dari ungkapan tersebut adalah ‘berbuatlah sesuka hatimu. Bagaimana pun kamu harus menerima kenyataan dan kamu tidak akan dapat mengubahnya”. Demikian pula dengan ungkapan yang masih mengandung verba شرب dalam tuturan berikut:
إنه شاب مكافح صبور ، شرب من كيعانه حتى أكمل تعليمه.
Nomina كِيعَان adalah bentul plural dari الكوع ‘siku’. Secara harfiah شرب من كيعانه berarti ‘minum dari sikunya’. Tetapi sekali lagi, verba ini tidak lagi mengandungi makna asalnya minum. Yang dimaksud dengan ungkapan ini adalah ‘penuh penderitaan dan cobaan dalam menjalani hidupnya’ (Kamel, 2007).
Maka ketika suatu terjemahan dikritik sebagai terjemahan yang salah atau tidak sesuai dalam konteks tertentu, kritikan tersebut merujuk pada ketidakmampuan penerjemah dalam mengidentifikasi pola-pola kolokasi yang bermaka unik dan berbeda dari sejumlah makna elemen-elemennya secara individual. Bila ada seorang penterjemah memahami ungkapan على العين والرأس seperti dalam kalimat كلما طلب منه خدمة، قضاها على العين والرأس sama seperti memahami kalimat جلس على الكرسي ‘ia duduk di atas kursi’, maka penerjemah tersebut akan memberi padanan yang tidak akan difahami pembaca bahasa sasaran. Mungkin ia akan menterjemahkan kalimat di atas menjadi ‘setiap kali ia meminta pelayanan, ia melakukannya di atas mata dan kepala’. Penterjemahan harfiah seperti ini sangat berbeda jauh dari makna yang dimaksud iaitu بكل سرور، برغبة وحب ‘dengan senang hati’ (Siniy 1996).
Preposisi dalam bahasa Arab cukup berpengaruh dalam menentukan makna sebuah kata, bahkan dapat menimbulkan makna yang berlawanan sebagaimana yang diberika oleh preposisi على dan لـ yang tidak selamanya bermakna ‘di atas’ dan ‘untuk’. Seorang linguis Arab yang terkenal, Ibnu Jinniy dalam bukunya الخصائص menyatakan bahwa preposisi digunakan untuk hal-hal yang menyenangkan, sedangkan preposisi untuk kebalikannya. Seorang penerjemah yang tidak menyadari makna yang berada di balik kata-kata yang berkolokasi dengan kedua preposisi tersebut tidak mustahil akan menerjemahkan secara harfiah. Maka doa yang biasa diucapkan kepada pengantin بارك الله لكما وعليكما sering kita dengar diterjemahkan menjadi ‘Semoga Allah melimpahkan berkah untukmu dan atasmu’.
Maka memperlakukan kombinasi kata seperti dalam ungkapan-ungkapan di atas sebagai sebuah kolokasi adalah sangat penting dalam langkah awal proses penterjemahan daripada mencari padanan leksikal untuk setiap kata secara terpisah.
Namun, dalam praktiknya, bukanlah merupakan hal yang mudah bagi seorang penerjemah, khususnya bagi yang tidak berpengalaman, untuk mengidentifikasi dan menterjemahkan makna kata ketika berkolokasi dengan kata lainnya. Terkadang kemusykilan ini disebabkan oleh adanya beberapa makna kata ketika berkolokasi dengan suatu kata, seperti tampak dalam berbagai makna yang berbeda dari kata شرب di atas. Maka makna-makna yang berbeda-beda tersebut bukan mustahil akan menipu seorang penterjemah yang tidak berpengalaman yang tidak mampu mengidentifikasi kolokasi dengan maknanya yang bermacam-macam yang berbeda dari makna kata-kata tersebut manakala muncul sendiri-sendiri.
Sebab lain dari kemusykilan yang muncul dalam proses penterjemahan kolokasi adalah adanya makna majazi dalam sebuah kolokasi. Kata بال yang makna asalnya adalah الحال والشأن ‘keadaan’ seperti dalam firman Allah ( سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ باَلَهُمْ ), makna asal ini tidak tampak lagi dalam ungkapan-ungkapan sepeti:

مشغول البال
‘gundah’
خالي البال
‘tenang’
ذو بال
‘penting’
غير ذي بال
‘tidak penting’
راحة البال
‘senang’
رخي البال/ ناعم البال
‘hidup senang, hati tenang’
طويل البال
‘bersabar’



4. Bagaimana Kolokasi itu Dikaji?
Guna memperoleh gambaran pola-pola kolokasi dalam bahasa Arab diperlukan korpus dan piranti lunak untuk menganalisisnya. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, korpus bahasa Arab dapat dengan mudah diperoleh. Di antaranya dari situs perpustakaan digital http://www.almeshkat.net/books/index.php yang menyediakan ribuan naskah bahasa Arab dalam format Word (*.doc) yang selanjutnya dikonversi menjadi teks (*.txt). Sedangkan piranti lunak untuk menganalisis korpus yang sudah dikonversi menjadi teks juga dapat diperoleh secara gratis dari http://www.andy-roberts.net/software/aConCorde/. Piranti lunak yang disebut aConcorde Version 0.4.1 ciptaan Anrew Roberts dari School of Computing, University of Leeds, Leeds, United Kingdom ini, dapat menggunakan menu berbahasa Inggris dan Arab. Program diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh para peneliti Arab yang mengadakan penelitian di universitas tersebut, yaitu Latifa Al-Sulaiti, Bayan Abu Shawar, dan Saleh Al-Osaimi.
Sebagaimana dijelaskan dalam definisi kolokasi di atas, kolokasi adalah kemunculan beberapa kata dengan unsur bahasa lain dalam sebuah teks. Piranti lunak aConcorde ini dapat menampilkan daftar kata-kata tertentu dengan unsur bahasa lainnya dalam sebuah teks. Misalnya, kita ingin mencari kemunculan kata الرغم. Daftar yang diperoleh hasil penelusuran aConcorde tersebut adalah sebagai berikut:

(Maaf, gambar hasil pencarian aConcorde tidak dapat ditampilkan dalam blog ini)

Gambar di atas memperlihatkan bagaimana kemunculan kata الرغم yang selalu diapit oleh dua preposisi yaitu على dan من sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga unsur bahasa tersebut membentuk pola kolokasi preposisi + nomina + preposisi.
Namun adakalahnya sebuah kolokasi tidak banyak ditemukan dalam sebuah teks. Misalnya kolokasi قرير النفس maka kita dapat memanfaatkan mesin pencari Google melalui internet dan hasil pencariannya sebagai berikut:

(Maaf, gambar hasil pencarian Google juga tidak dapat ditampilkan)

4. Penutup
Demikian paparan mengenai kolokasi dalam bahasa Arab. Melihat betapa pentingnya masalah kolokasi ini dalam dunia pembelajaran bahasa Arab dan penerjemahan, sepatutnya mendapat perhatian yang sepatutnya dari kita semua. Diharapkan, sejumlah mahasiswa ada yang tertarik untuk mulai mengadakan penelitian untuk skripsinya. Demikian juga para dosen yang tengah mengambil S2 dan S3 bahkan kajian pascadoktoral sekalipun.

Daftar Bacaan:
Aitchison, J. (1997). The Language Web: (The Reith Lectures). Cambridge: Cambridge University Press.
Firth, J. R. (1957). Papers in Linguistics 1934-1951. London: Oxford University Press.
Hill, Jimmie dalam Michael Lewis (ed.) (2000) Teaching Collocation. Hove, England: Language Teaching Publication.
Hoey, M. (1991). Patterns of Lexis in Text. Oxford: Oxford University Press.
Ibn Jinniy, Abu Al-Fath Usman. (t.t.) Al-Khasais. Tahqiq Muhammad Ali Al-Najar. Beirut: Dar Al-Huda li at-Tiba`ah wa al-Nasyr.
Leech, G. (1974). Semantics. Harmondsworth: Penguin.
Kamel, Wafa. (2007). Komunikasi pribadi melalui forum diskusi dalam situs http://www.wataonline.net/site/
Parlington, Alan. (1996) Patterns and Meanings: Using Corpora for English Language Research and Teaching. Amsterdam/ Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.
Sinclair, J. (1991). Corpus, Concordance, Collocation. Oxford: Oxford University Press.
Siniy, Mahmud Ismail, Mukhtar Al-Tahir Husain, dan Sayid `Iwad Al-Karim Al-Dawsy. (1996). Al-Mu`jam Al-Siyaqiy li Al-Ta`birat Al-Istilahiyyah `Arabiy-Arabiy. Beirut: Maktabah Lubnan Nasyirun.


Kolej Kediaman 12, Universiti Malaya, Kuala Lumpur
Rabu, 20 Juni 2007.

[1] Contoh-contoh yang diberikan oleh Hill tentunya dalam konteks bahasa Inggris. Dalam makalah ini contoh-contoh bahasa Arab diberikan oleh penulisnya. Hill mengemukakan sembilan alasan, tetapi penulis hanya mengambil beberapa alasan yang dianggap relevan dengan bahasa Arab.

KOLOKASI DALAM BAHASA ARAB: APA, MENGAPADA DAN BAGAIMANA?


1. Pendahuluan
Tajuk makalah ini merupakan topik penelitian saya di Universitas Malaya, Malaysia sejak tahun 2006 hingga sekarang. Kolokasi merupakan fenomena universal yang ada dalam setiap bahasa dan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu bahasa dan lainnya. Karena keunikannya itulah maka kolokasi menjadi objek yang sangat menarik untuk dikaji. Sebagaimana akan dijelaskan nanti, kolokasi sangat erat dengan pengajaran bahasa dan dengan penerjemahan.

2. Apa itu Kolokasi?
Istilah kolokasi dipopulerkan oleh linguis Inggris Firth dengan slogan yang terkenal “you shall judge a word by the company it keeps”. Dalam sebuah artikel yang bertajuk Modes of meaning (Firth 1957), dia menjelaskan bagaimana kajian “meaning by collocation” dapat memberikan kontribusi pada pendekatan makna kata baik secara formal maupun secara kontekstual sebagai kebalikan dari pendekatan secara konseptual.

Meaning by collocation is an abstraction at the syntagmatic level and is not directly concerned with the conceptual or idea approach to the meaning of words. One of the meanings of night is its collocability with dark, and of dark, of course, collocation with night. (Firth 1957: 196)

(Pemaknaan dengan kolokasi adalah suatu abstraksi pada tingkatan sintagmatik dan tidaklah secara langsung terkait dengan pendekatan konseptual atau gagasan terhadap arti kata. Salah satu makna night adalah dapat berkolokasinya kata tersebut dengan dark, dan tentu saja, makna dark dapat diketahui dengan mudah bila berkolokasi dengan night).

Linguis setelahnya melihat kolokasi dengan aspek yang berbeda tetapi sebetulnya masih berkaitan erat dengan kolokasi. Sinclair, misalnya, salah seorang murid Firth di London University, melihat kolokasi sebagai berikut:

Collocation is the occurrence of two or more words within a short space of each other in a text. (Sinclair 1991: 170)

(Kolokasi adalah kemunculan dua kata atau lebih secara bersamaan dengan kata lain dalam sebuah teks dengan jarak yang tidak berjauhan).

Partington (1996: 15) menyebut kedua definisi di atas sebagai definisi tekstual. Satu unsur bahasa berkolokasi dengan unsur lainnya jika ia tampak di satu tempat yang berdekatan dalam sebuah teks. Berdasarkan definisi ini, kolokasi merupakan konsekwensi dari linearitas bahasa, atau sebaliknya, jika kita memandang teks sebagai suatu proses alih-alih suatu produk. Ia merupakan metode utama, bersama-sama dengan sintaksis yang dengannya linearitas bahasa ini dibangun.
Definisi kolokasi yang lain diberikan oleh Leech ketika mendiskusikan “Seven Types of Meaning”, yang salah satunya ia sebut “collocative meaning”.

Collocative meaning consists of the associations a word acquires on account of the meanings of words which tend to occur in its environment. (Leech 1974: 20)

(Makna kolokatif terdiri dari hubungan sebuah kata yang memperoleh makna kata-kata yang cenderung muncul dalam lingkungannya).

Definisi ini, menurut Parlington, adalah definsi psikologis atau assosiatif. Ia merupakan bagian dari kompetensi komunikasi seorang penutur asli untuk mengetahui kolokasi mana yang normal dan mana yang tidak biasa dalam situasi tertentu. Melalui interaksinya yang lama terhadap sebuah bahasa, para penutur asli memperoleh apa yang disebut Firth “expectancies” (1957: 195) di mana unsur-unsur bahasa pada umumnya muncul bersama yang lainnya dalam teks. Kontribusi kolokasi, dalam istilah psikologis, terhadap makna juga ditekankan oleh Aitchison yang mengatakan bahwa “human learn word-meaning from what occurs alongside” (1997: 21). Pembelajar, baik itu anak-anak maupun orang dewasa berhadapan dengan sebuah kata yang tidak dikenal yang dapat dijadikan kunci untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur bahasa yang menyertainya.
Konsep lain tentang kolokasi diberikan oleh Hoey:

collocation has long been the name given to the relationship a lexical item has with items that appear with greater than random probability in its (textual) context. (Hoey 1991: 6-7)

(kolokasi telah lama menjadi sebuah istilah untuk hubungan sebuah unsur leksikal dengan unsur lainnya yang tampak lebih besar kemungkinannya daripada secara acak dalam konteks tekstualnya).

Parlington menyebut definisi terakhir ini sebagai definisi statistik dan merupakan definisi yang sangat sesuai sebagai konsep bagi mereka yang mengkaji korpus linguistik, di mana sejumlah besar teks dapat diperoleh untuk analisis komputer. Kemunculan secara bersamaan dua unsur bahasa menjadi menarik untuk sebuah tujuan, terutama bila kemunculannya yang bersamaan tersebut berulang kali yang kelak dapat dijadikan sebagai pola-pola kolokasi. Hubungan biasa sebuah kata dengan unsur bahasa lainnya dapat dikaji baik melalui konkordansi kata tersebut maupun dengan mendapatkan daftar kekerapan kata tersebut berkolokasi dengan unsur bahasa lainnya. Firth sendiri memberikan contoh kata time yang sering berkolokasi dengan kata-kata saved, spent, wasted, fritted away dan juga dengan kata-kata presses dan flies bahkan dengan kata no. Ini berarti, suatu hal yang memungkinkan untuk menggambarkan perilaku setiap unsur leksikal dalam sebuah bahasa.
Dari ketiga jenis definisi di atas, kita dapat simpulkan bahwa kolokasi merupakan hubungan sebuah kata atau lebih dengan unsur bahasa lainnya yang muncul secara bersamaan dalam sebuah teks yang jarak antara kata dan unsur bahasa lainnya itu tidak harus berdampingan tetapi dalam jarak yang tidak terlalu jauh.

3. Mengapa Kolokasi itu Penting?
Kolokasi sangat penting dikaji dilihat setidaknya dari dua sudut pandang, yaitu (a) sudut pandang pembelajaran bahasa, dan (b) sudut pandang penerjemahan. Dari sudut pandang pembelajaran bahasa, kolokasi dianggap sangat penting, karena ada beberapa alasan yang harus diketahui oleh para pengajar (Hill 2000: 53-56)[1]:
a) Leksikon tidak disusun secara semena
Alasan pertama dan yang paling tampak mengapa kolokasi itu penting adalah karena cara kata-kata berkombinasi dalam sebuah kolokasi adalah hal yang sangat mendasar dalam penggunaan semua bahasa. Leksikon tidak disusun secara semena. Kita tidak berbicara atau menulis seakan bahasa itu merupakan tabel kosa kata yang sangat besar yang dapat digonta-ganti untuk mengisi slot dalam struktur gramatikal. Suatu kosa kata penting yang dipergunakan secara luas, kolokasinya dapat diprediksikan. Ketika seorang penutur bahasa Arab memikirkan minuman, misalnya, ia dapat menggunakan verba yang umum seperti يشرب. Pendengar dapat memprediksikan sejumlah besar kemungkinan kata yang berkolokasi dengan verba tersebut, seperti: الشاي ‘teh’, الحليب ‘susu’, القهوة‘kopi’, عصير البرتقال‘jus jeruk’, tetapi sama sekali pendengar tidak akan memprediksikan kata-kata زيت المحرك ‘oli mesin’, شامبو‘syampo’ حامض الكبريتيك ‘asam belerang’.
b) Kolokasi dapat diprediksi
Dalam bahasa Arab terdapat sejumlah verba yang berkolokasi dengan preposisi tertentu. Misalnya, verba قال dan semua kata bentukan daripadanya pasti berkolokasi dengan preposisi لـ dan tidak pernah berkolokasi dengan إلى.
c) Ukuran kamus mental berkenaan dengan ungkapan
Kolokasi menjadi penting karena area yang dapat diprediksikan itu sangat besar. Dua, tiga, empat bahkan lima kolokasi kata akan membuat sejumlah besar teks yang alami, baik yang berupa tuturan maupun tulisan. Banyak dari yang kita ucapkan, kita dengar, kita baca atau kita tulis kita temukan dalam ungkapan tetap.
d) Peranan ingatan
Kita mengenal kolokasi karena kita telah bertemu dengannya. Kita kemudian mendapatkannya kembali dari leksikon mental kita sama seperti kita memperoleh nomor telepon atau alamat dari ingatan kita.
e) Kelancaran
Kolokasi dapat menjadikan kita berfikir dan berkomunikasi lebih efisien. Penutur asli dapat berbicara dengan begitu lancar karena mereka memanggil kembali sejumlah besar daftar kosa kata dari sebuah bahasa yang sudah jadi yang secara langsung mereka peroleh dari leksikon mental mereka. Sama halnya, mereka dapat mendengar tuturan dalam suatu kecepatan tuturan dan membaca dengan cepat karena mereka secara konstan mengenali satuan multi-kata alih-alih memproses segala sesuatu kata-per-kata. Salah satu alasan utama mengapa pembelajar bahasa mendapatkan pelajaran kemahiran mendengar dan membaca begitu sulit adalah bukan karena banyaknya kata-kata baru tetapi karena banyaknya kolokasi yang tidak dikenali. Perbedaan utama antara penutur asli dan bukan asli adalah bahwa yang pertama telah akrab dengan sejumlah kolokasi dengan demikian ia dapat mengenali dan memproduksi pola-pola yang sudah jadi yang menjadikan mereka mampu memproses dan memproduksi bahasa lebih cepat dari yang bukan penutur asli.
f) Kolokasi membuat berfikir lebih mudah
Kita dapat berfikir tentang hal-hal yang baru dan berbicara secepat kita berfikir, sebabnya adalah karena kita tidak menggunakan bahasa baru selamanya. Kolokasi membuat kita mampu mengekspresikan gagasan kompleks secara cepat dengan demikian kita dapat terus memanipulasi gagasan-gagasan tersebut tanpa mempergunakan semua bagian otak kita guna memfokuskan ingatan pada bentuk kata-kata. Salah satu gagasan kompleks dalam bahasa Arab adalah tentang akal bulus seseorang dalam memperdayakan orang lain. Penutur asli bahasa Arab cukup dengan mudah mengekspresikannya dengan kolokasi yang sudah menjadi peribahasa مسمار جحا ‘paku Juha’. Kedua kata tersebut sangat akrab di telinga para penutur bahasa Arab dan kolokasi yang dibentukpun sederhana nomina + nomina. Begitulah, kolokasi merupakan kunci penting menuju kelancaran berbahasa asing.
Demikian beberapa alasan mengapa kolokasi dianggap sangat penting dilihat dari sudut pandang pembelajaran bahasa. Berikutnya, kita lihat bagaimana pentingnya kolokasi dilihat dari sudut pandang penerjemahan.
Kemampuan mengidentifikasi kolokasi dalam suatu teks peranannya sangat besar dalam proses penerjemahannya. Dalam bahasa Arab terdapat banyak kata yang bermakna unik manakala berkolokasi dengan kata-kata tertentu. Verba شرب misalnya yang makna asalnya ‘minum’, makna tersebut tidak lagi terlihat bila berkolokasi dengan sejumlah kata yang selanjutnya menjadi peribahasa di kalangan penutur asli bahasa Arab.
Bila seorang Arab berkata, اِشْرَبْ مِنَ الْبَحْرِ dalam tuturan berikut:
ما دمتَ تعيش في هذا المكان فعليك أن تخضع لنظمه وتنفذها بدقة ، وإن لم يعجبك ذلك فَلْْتَشْرَبْ من البحر.
maka sama sekali tidak ada kaitannya dengan makna minum sehingga diterjemahkan “maka minumlah dari laut”. Maksud dari ungkapan tersebut adalah ‘berbuatlah sesuka hatimu. Bagaimana pun kamu harus menerima kenyataan dan kamu tidak akan dapat mengubahnya”. Demikian pula dengan ungkapan yang masih mengandung verba شرب dalam tuturan berikut:
إنه شاب مكافح صبور ، شرب من كيعانه حتى أكمل تعليمه.
Nomina كِيعَان adalah bentul plural dari الكوع ‘siku’. Secara harfiah شرب من كيعانه berarti ‘minum dari sikunya’. Tetapi sekali lagi, verba ini tidak lagi mengandungi makna asalnya minum. Yang dimaksud dengan ungkapan ini adalah ‘penuh penderitaan dan cobaan dalam menjalani hidupnya’ (Kamel, 2007).
Maka ketika suatu terjemahan dikritik sebagai terjemahan yang salah atau tidak sesuai dalam konteks tertentu, kritikan tersebut merujuk pada ketidakmampuan penerjemah dalam mengidentifikasi pola-pola kolokasi yang bermaka unik dan berbeda dari sejumlah makna elemen-elemennya secara individual. Bila ada seorang penterjemah memahami ungkapan على العين والرأس seperti dalam kalimat كلما طلب منه خدمة، قضاها على العين والرأس sama seperti memahami kalimat جلس على الكرسي ‘ia duduk di atas kursi’, maka penerjemah tersebut akan memberi padanan yang tidak akan difahami pembaca bahasa sasaran. Mungkin ia akan menterjemahkan kalimat di atas menjadi ‘setiap kali ia meminta pelayanan, ia melakukannya di atas mata dan kepala’. Penterjemahan harfiah seperti ini sangat berbeda jauh dari makna yang dimaksud iaitu بكل سرور، برغبة وحب ‘dengan senang hati’ (Siniy 1996).
Preposisi dalam bahasa Arab cukup berpengaruh dalam menentukan makna sebuah kata, bahkan dapat menimbulkan makna yang berlawanan sebagaimana yang diberika oleh preposisi على dan لـ yang tidak selamanya bermakna ‘di atas’ dan ‘untuk’. Seorang linguis Arab yang terkenal, Ibnu Jinniy dalam bukunya الخصائص menyatakan bahwa preposisi digunakan untuk hal-hal yang menyenangkan, sedangkan preposisi untuk kebalikannya. Seorang penerjemah yang tidak menyadari makna yang berada di balik kata-kata yang berkolokasi dengan kedua preposisi tersebut tidak mustahil akan menerjemahkan secara harfiah. Maka doa yang biasa diucapkan kepada pengantin بارك الله لكما وعليكما sering kita dengar diterjemahkan menjadi ‘Semoga Allah melimpahkan berkah untukmu dan atasmu’.
Maka memperlakukan kombinasi kata seperti dalam ungkapan-ungkapan di atas sebagai sebuah kolokasi adalah sangat penting dalam langkah awal proses penterjemahan daripada mencari padanan leksikal untuk setiap kata secara terpisah.
Namun, dalam praktiknya, bukanlah merupakan hal yang mudah bagi seorang penerjemah, khususnya bagi yang tidak berpengalaman, untuk mengidentifikasi dan menterjemahkan makna kata ketika berkolokasi dengan kata lainnya. Terkadang kemusykilan ini disebabkan oleh adanya beberapa makna kata ketika berkolokasi dengan suatu kata, seperti tampak dalam berbagai makna yang berbeda dari kata شرب di atas. Maka makna-makna yang berbeda-beda tersebut bukan mustahil akan menipu seorang penterjemah yang tidak berpengalaman yang tidak mampu mengidentifikasi kolokasi dengan maknanya yang bermacam-macam yang berbeda dari makna kata-kata tersebut manakala muncul sendiri-sendiri.
Sebab lain dari kemusykilan yang muncul dalam proses penterjemahan kolokasi adalah adanya makna majazi dalam sebuah kolokasi. Kata بال yang makna asalnya adalah الحال والشأن ‘keadaan’ seperti dalam firman Allah ( سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ باَلَهُمْ ), makna asal ini tidak tampak lagi dalam ungkapan-ungkapan sepeti:

مشغول البال
‘gundah’
خالي البال
‘tenang’
ذو بال
‘penting’
غير ذي بال
‘tidak penting’
راحة البال
‘senang’
رخي البال/ ناعم البال
‘hidup senang, hati tenang’
طويل البال
‘bersabar’



4. Bagaimana Kolokasi itu Dikaji?
Guna memperoleh gambaran pola-pola kolokasi dalam bahasa Arab diperlukan korpus dan piranti lunak untuk menganalisisnya. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, korpus bahasa Arab dapat dengan mudah diperoleh. Di antaranya dari situs perpustakaan digital http://www.almeshkat.net/books/index.php yang menyediakan ribuan naskah bahasa Arab dalam format Word (*.doc) yang selanjutnya dikonversi menjadi teks (*.txt). Sedangkan piranti lunak untuk menganalisis korpus yang sudah dikonversi menjadi teks juga dapat diperoleh secara gratis dari http://www.andy-roberts.net/software/aConCorde/. Piranti lunak yang disebut aConcorde Version 0.4.1 ciptaan Anrew Roberts dari School of Computing, University of Leeds, Leeds, United Kingdom ini, dapat menggunakan menu berbahasa Inggris dan Arab. Program diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh para peneliti Arab yang mengadakan penelitian di universitas tersebut, yaitu Latifa Al-Sulaiti, Bayan Abu Shawar, dan Saleh Al-Osaimi.
Sebagaimana dijelaskan dalam definisi kolokasi di atas, kolokasi adalah kemunculan beberapa kata dengan unsur bahasa lain dalam sebuah teks. Piranti lunak aConcorde ini dapat menampilkan daftar kata-kata tertentu dengan unsur bahasa lainnya dalam sebuah teks. Misalnya, kita ingin mencari kemunculan kata الرغم. Daftar yang diperoleh hasil penelusuran aConcorde tersebut adalah sebagai berikut:








Gambar di atas memperlihatkan bagaimana kemunculan kata الرغم yang selalu diapit oleh dua preposisi yaitu على dan من sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga unsur bahasa tersebut membentuk pola kolokasi preposisi + nomina + preposisi.
Namun adakalahnya sebuah kolokasi tidak banyak ditemukan dalam sebuah teks. Misalnya kolokasi قرير النفس maka kita dapat memanfaatkan mesin pencari Google melalui internet dan hasil pencariannya sebagai berikut:
4. Penutup
Demikian paparan mengenai kolokasi dalam bahasa Arab. Melihat betapa pentingnya masalah kolokasi ini dalam dunia pembelajaran bahasa Arab dan penerjemahan, sepatutnya mendapat perhatian yang sepatutnya dari kita semua. Diharapkan, sejumlah mahasiswa ada yang tertarik untuk mulai mengadakan penelitian untuk skripsinya. Demikian juga para dosen yang tengah mengambil S2 dan S3 bahkan kajian pascadoktoral sekalipun.

Daftar Bacaan:
Aitchison, J. (1997). The Language Web: (The Reith Lectures). Cambridge: Cambridge University Press.
Firth, J. R. (1957). Papers in Linguistics 1934-1951. London: Oxford University Press.
Hill, Jimmie dalam Michael Lewis (ed.) (2000) Teaching Collocation. Hove, England: Language Teaching Publication.
Hoey, M. (1991). Patterns of Lexis in Text. Oxford: Oxford University Press.
Ibn Jinniy, Abu Al-Fath Usman. (t.t.) Al-Khasais. Tahqiq Muhammad Ali Al-Najar. Beirut: Dar Al-Huda li at-Tiba`ah wa al-Nasyr.
Leech, G. (1974). Semantics. Harmondsworth: Penguin.
Kamel, Wafa. (2007). Komunikasi pribadi melalui forum diskusi dalam situs http://www.wataonline.net/site/
Parlington, Alan. (1996) Patterns and Meanings: Using Corpora for English Language Research and Teaching. Amsterdam/ Philadelphia: John Benjamins Publishing Company.
Sinclair, J. (1991). Corpus, Concordance, Collocation. Oxford: Oxford University Press.
Siniy, Mahmud Ismail, Mukhtar Al-Tahir Husain, dan Sayid `Iwad Al-Karim Al-Dawsy. (1996). Al-Mu`jam Al-Siyaqiy li Al-Ta`birat Al-Istilahiyyah `Arabiy-Arabiy. Beirut: Maktabah Lubnan Nasyirun.


Kolej Kediaman 12, Universiti Malaya, Kuala Lumpur
Rabu, 20 Juni 2007.
[1] Contoh-contoh yang diberikan oleh Hill tentunya dalam konteks bahasa Inggris. Dalam makalah ini contoh-contoh bahasa Arab diberikan oleh penulisnya. Hill mengemukakan sembilan alasan, tetapi penulis hanya mengambil beberapa alasan yang dianggap relevan dengan bahasa Arab.

Thursday, June 21, 2007

Nur Mustika, Maafkan Aku Telah Jatuh Cinta (2)

Nur Mustika,
Semalam saya punya sahabat baru dari Skype. Namanya Thania, seorang dara berusia 39 tahun dari Swiss. Dia menyapa saya dengan bahasa Arab. Saya tidak mengira kalau dia ternyata seorang muslimah, tepatnya muallaf, karena baru 3 (tiga) bulan masuk Islam.

Bahasa Arab yang ia gunakan cukup bisa saya fahami kendati dia pelajari dari sebuah sekolah di Swiss. Dari perbincangan kami, satu hal yang saya anggap perlu saya garisbawahi dan saya sampaikan kepadamu, yaitu "Mujurlah saya telah mempelajari Islam terlebih dahulu sebelum saya melancong ke negara-negara Arab".

Rupanya Thania telah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dekadensi moral yang melanda para remaja Arab. Engkau kan pernah melancong ke Syria, apa yang engkau lihat? Betul kan seperti apa yang dilihat Thania itu? Seorang ulama Mesir pernah berkata الإسلام محجوب بالمسلمين "agama Islam tertutupi oleh ulah para pemeluknya". Perilaku orang-orang yang beragama Islam banyak yang tidak mencerminkan keindahan agama Islam. Maka kita tidak perlu heran mengapa orang-orang Timur Tengah senantiasa digambarkan negatif oleh para pembuat film Holywood. Kalau bukan sebagai teroris ya mereka sebagai orang yang suka main perempuan.

Nur Mustika,
TV kabel Astro yang hampir seluruh penduduk Malaysia menjadi pelanggannya itu kan salah satu salurannya ART. Kau pernah tengok kan? Lihat, bagaimana penampilan para penyanyinya dalam video clip yang digarap sedemikian rupa? Di Indonesia ada seorang penyanyi dangdut namanya Inul Daratista. Dia dikenal sebagai "Ratu Ngebor" karena tariannya yang suka menggoyang (maaf) pantatnya itu seperti bor (alat untuk melubangi) yang sedang diputar. Para aktifis Islam menyebutnya sebagai bagian dari pornoaksi. Waktu itu banyak organisasi Islam yang mengecamnya meskipun banyak sejumlah artis yang pasti mendukungnya dengan alasan hak asasi manusia.

Tarian erotis Inul itu belum seberapa berbanding tarian para penyanyi Arab di ART. Bagaimana pun ART adalah satu-satunya saluran yang berbahasa Arab. Setakat ini orang Malaysia saya kira masih sama atau bahkan lebih dari orang Indonesia dalam memandang orang Arab bahwa mereka adalah "orang suci", terlebih bila mereka datang dari Saudi Arabia (macam calon suamimu itu, Fuad). Namun, kenyataan di lapangan....? Kita malu.

Saya sebagai orang yang hidup dengan bahasa Arab (baik sebagai pengajar maupun sebagai penerjemah) selalu mengatakan kepada siapa pun bahwa Arab tidak identik dengan Islam. Kalau pun kita belajar dan mengajarkan bahasa Arab, itu adalah semata-mata karena bahasa itu telah dipilih menjadi bahasa kitab suci Al-Qur'an dan bahasa Nabi Muhammad SAW yang ucapan, perbuatan dan persetujuannya kita sebut sebagai As-Sunnah.

Kembali ke sahabat saya dari Swiss tadi. Namanya Thania, sama sekali tidak berbau bahasa Arab, tetapi boleh jadi dia akan lebih cepat masuk surga daripada kita yang terlahir sebagai orang Islam dan menggunakan nama berbahasa Arab.

Namamu, Nur Mustika. Tak usaha risaukan dengan namamu yang kedua 'Mustika'.

Nur Mustika, Maafkan Aku Telah Jatuh Cinta (1)

Sebagaimana telah aku katakan dalam komentar terhadap tulisanmu di blog itu, sedikit banyak aku telah memahami -- bahkan mengamalkan -- apa itu cinta. Ibn Al-Qayyim Al-Jawziyyah, dalam bukunya الجواب الكافي لمن سأل عن الدواء الشافي yang telah aku terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Jawaban Lengkap Terhadap Yang Bertanya Tentang Penawar Mujarab" (belum diterbitkan, tetapi telah dibeli oleh Pustaka Panjimas, Jakarta), ada menyebutkan tentang falsafah cinta ini. Di antaranya, jika kita mencintai sesuatu dan cinta kita itu sejati, maka kita pasti akan mencintai segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sesuatu itu. Maka, kalau kita benar-benar cinta kepada Allah dengan cinta yang sebenarnya, kita akan mencintai segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah. Pertanyaannya adalah, "adakah sesuatu di dunia ini yang tidak ada kaitannya dengan Allah?". Jawabannya, pasti "tidak" kan. Nah, kalau begitu berarti kita harus mencintai segala sesuatu yang ada di dunia ini dong. Ya, betul.

Nur Mustika,
Kamu adalah dari sekian banyak orang -- kendati hanya ada dalam alam khayal -- yang patut aku cintai. Alasannya sederhana aja koq: kamu mencintai apa yang aku cintai. Hatimu begitu melekatnya ke almamatermu, Universitas (maaf, kami menyebutnya dalam lafal kami, Indonesia) Malaya, kampus yang aku cintai setakat ini. Aku belum cerita padamu, bahwa sebelum di UM ini aku sempat terdaftar di sebuah universitas di negaramu ini yang berlabelkan Islam. Setelah aku tinggal beberapa lama di kampus UM ini, ternyata aku temukan kehidupan di kampus "sekular" ini jauh lebih Islami daripada kampus yang berlabelkan Islam tersebut. "Senyum adalah sedekah", begitu salah satu ajaran Islam. Setiap kali saya berurusan dengan staf di UM, selalu dilayani dengan wajah penuh senyuman, satu hal yang teramat mahal saya dapatkan di kampusku yang dulu itu. Banyak kawan-kawan yang akhirnya membuat kesimpulan, "Orang Malaysia emang sombong-sombong". Ah, kalaulah mereka mengenalmu, Nur Mustika, mereka akan meralat kesimpulan seperti itu.

Untungnya bidang kajianku adalah linguistik yang sarat dengan kajian bahasa. Bahasa Melayu memang cikal bakal bahasa Indonesia sekarang. Banyak kosa-kata yang sama ucapannya, tetapi berbeda arti atau pemakaiannya. Beberapa kali saya disapa orang "kamu". Sejenak, saya terkejut juga dan langsung ingat bahwa mungkin "kamu" di Malaysia berbeda daripada Indonesia. Memang, secara gramatikal dan leksikal, ucapan "kamu" tidak masalah, tapi secara pragmatis, orang akan mengatakan "kurang ajar". Pronomina "kamu" hanya diucapkan kepada rekan sebaya atau kepada yang lebih muda, dan sama sekali tidak baik alias "kurang ajar" jika diucapkan kepada orang yang lebih tua.

Nah, dengan adanya pengetahuan seperti ini saya bisa memaklumi "kekurangajaran" sebagian saudaramu itu.

Jadi, apa pun yang aku dapatkan di negeri ini, aku tak peduli dan akan tetap berkata, "Nur Mustika, maafkan aku telah jatuh cinta".